
Pendidikan anak bukan hanya tentang angka-angka di rapor atau seberapa cepat mereka bisa membaca dan berhitung. Pendidikan adalah tentang membentuk karakter, mengasah empati, dan menanamkan nilai-nilai yang akan menjadi bekal mereka sepanjang hidup. Dalam perjalanan ini, hubungan antara guru dan orang tua menjadi kunci.
Sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga ruang bagi anak untuk berkembang, dan dalam prosesnya, interaksi positif antara guru dan wali murid menjadi sangat penting. Ketika komunikasi berjalan dengan baik, ketika ada kepercayaan yang tumbuh di antara mereka, maka pendidikan anak pun bisa dioptimalkan.
Sebagai seorang perempuan, saya cukup sadar bahwa menjadi penyayang bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Butuh proses belajar—belajar sabar, belajar adil, belajar memahami. Kita sering berpikir bahwa kasih sayang itu sekadar memberi dan membiarkan, padahal kasih sayang yang sejati haruslah disertai kebijaksanaan.
Nabi Muhammad ﷺ sendiri menekankan betapa pentingnya sifat penyayang bagi perempuan. Dalam banyak hadits, beliau menggambarkan bagaimana kelembutan seorang ibu bisa menjadi sumber kekuatan, bagaimana kasih sayang bisa menjadi jalan menuju surga. Perempuan yang penyayang bukan hanya ia yang mengasihi tanpa batas, tetapi juga ia yang tahu kapan harus tegas dan kapan harus mengalah.
Dan di sinilah peran seorang guru menjadi begitu berarti. Orang tua yang bertemu dengan guru yang penyayang bagi buah hatinya adalah orang tua yang beruntung. Guru yang bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan kebaikan dengan penuh kesabaran, adalah anugerah yang tak ternilai. Anak-anak tidak hanya belajar dari apa yang diajarkan, tetapi juga dari bagaimana mereka diperlakukan. Seorang guru yang penyayang bisa membentuk anak menjadi pribadi yang lebih percaya diri, lebih berani bermimpi, dan lebih menghargai sesama.
Namun, mari kita juga melihat dari sudut pandang guru. Mendidik dan mengasuh anak-anak yang bukan darah daging sendiri bukan perkara mudah. Ada tanggung jawab besar yang harus dipikul, ada berbagai karakter yang harus dihadapi, ada tantangan yang muncul setiap harinya. Maka, betapa beruntungnya seorang guru yang memiliki wali murid yang bijaksana.
Orang tua yang memahami bahwa mendidik bukan sekadar memberi tugas dan nilai, tetapi sebuah proses panjang yang membutuhkan kerja sama. Orang tua yang menghargai jerih payah guru, yang memberikan apresiasi sekecil apa pun, yang tidak hanya menuntut tetapi juga mendukung. Hubungan yang harmonis antara guru dan wali murid bisa membuat segalanya lebih ringan, lebih menyenangkan, lebih bermakna.
Sejujurnya, diri ini merasa begitu beruntung kerena memiliki kesempatan mengajar sebagai bagian dari proses belajarku sendiri. Mengajar mengajarkan untuk menjadi lebih penyayang, lebih sabar, lebih bijaksana. Diri ini belajar bahwa mencintai anak bukan sekadar memanjakan, tetapi juga memberi batasan dengan penuh kasih. Diri ini belajar bahwa setiap anak unik, dan keadilan tidak selalu berarti memperlakukan mereka dengan cara yang sama, tetapi memberikan apa yang mereka butuhkan sesuai dengan keadaan mereka masing-masing.
Saya juga belajar bahwa dalam mendidik, ada kalanya kita harus mengalah, tetapi ada kalanya kita harus berdiri teguh. Semua ini adalah ilmu mahal yang tak bisa didapat dari sekadar membaca buku atau mendengar cerita orang lain—ini adalah pengalaman hidup yang membentuk dan semoga membawa diri ini menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebagai pribadi yang cenderung posesif, awalnya sulit menerima bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan. Ingin sekali rasanya segala sesuatu berjalan sesuai rencana, ingin memastikan bahwa setiap anak yang ada di hadapan bisa mudah menerima penjelasan. Namun, mengajar memberi pelajaran berharga: bahwa kasih sayang harus diiringi dengan kebijaksanaan.
Bahwa ternyata, menghargai adalah bentuk lain dari mencintai. Dan bahwa dalam setiap interaksi, ada ruang untuk tumbuh, untuk belajar, untuk menjadi lebih baik. Namun sekaligus juga menyadari, bahwa rasa khawatir itu bagian dari kepedulian.
Maka, untukmu para orang tua, semoga kamu bertemu dengan guru yang penyayang bagi buah hatimu, sehingga tenang pikiranmu saat mereka berada di luar pengawasanmu. Dan untukmu para guru, semoga kamu bertemu dengan wali murid yang bijaksana, sehingga tugas mendidik menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
Lebih jauh dari itu, menjadi perempuan yang penyayang dan bijaksana bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitar kita. Apa pun peran kita nanti—sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai teman—kita bisa menjadi sebab mudahnya urusan orang lain. Bila memang merasa belum cukup dalam belajar menjadi penyayang dan bijaksana, tak ada solusi lain selain, mari belajar bersama.
Tulisan yang sangat indah dan penuh daging, bagian terpenting yang mengena tentang “menghargai adalah bentuk lain dari mencintai”,
Terimakasih bu Guru sudah menjadi Pengajar yang tidak egois dan selalu sabar dan telaten mengajar anak anak, sehat sehat selalu dan semoga tambah sukses, aamiin
Alhamdulillah, terima kasih bunda..