
Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi setiap Muslim. Namun, tidak semua orang yang membaca dan menghafalnya dapat disebut sebagai Ahli Qur’an. Abdullah ibnu Mas’ud, seorang sahabat Rasulullah SAW yang dikenal sebagai ahli dalam Al-Qur’an, memberikan gambaran tentang keutamaan Ahli Qur’an. Mereka tidak hanya membaca, tetapi juga mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa keutamaan Ahli Qur’an menurut Abdullah ibnu Mas’ud.
1. Ahli Qur’an Mudah Menghidupkan Malam dengan Sholat Tahajud
Salah satu ciri utama Ahli Qur’an adalah kedekatannya dengan sholat malam. Al-Qur’an yang mereka baca di siang hari akan menjadi pendorong untuk bangun malam dan bermunajat kepada Allah SWT. Abdullah ibnu Mas’ud berkata, “Barang siapa yang mencintai Al-Qur’an, maka ia akan semakin mudah untuk menegakkan malamnya dalam ibadah.” Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memiliki daya dorong yang kuat untuk menghidupkan malam dengan sholat tahajud dan dzikir.
Orang yang selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an akan menemukan bahwa hatinya terpanggil untuk bangun di sepertiga malam terakhir, saat Allah SWT turun ke langit dunia dan menerima doa-doa hamba-Nya. Mereka tidak membutuhkan alarm atau bantuan orang lain untuk bangun, karena hati mereka sudah terpaut dengan ibadah.
2. Ahli Qur’an Mudah Menahan Lapar dan Berpuasa
Di siang hari, Ahli Qur’an lebih mudah menahan lapar dan berpuasa. Mereka memahami bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, sehingga tidak terikat dengan kebutuhan duniawi seperti makanan. Abdullah ibnu Mas’ud pernah berkata, “Ahli Qur’an tidak menjadikan makanan sebagai fokus utama hidupnya, karena ia menyadari bahwa keberkahan hidup bukan berasal dari makanan semata, tetapi dari ketaatan kepada Allah.”
Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga latihan bagi jiwa untuk mengendalikan hawa nafsu. Ahli Qur’an lebih mudah menjalankan puasa sunnah, karena mereka telah terbiasa dengan pola hidup yang tidak berlebihan dalam hal makanan dan minuman.
3. Ahli Qur’an Mudah Introspeksi Diri
Mereka yang benar-benar berinteraksi dengan Al-Qur’an akan lebih sering melakukan introspeksi diri. Setiap ayat yang mereka baca menjadi cermin untuk melihat kekurangan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan. Abdullah ibnu Mas’ud mengatakan, “Ahli Qur’an lebih mudah menangis saat sendirian, karena ia merenungkan dosa-dosanya dan berharap ampunan dari Allah SWT.”
Menangis dalam kesendirian bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti bahwa seseorang memiliki hati yang lembut dan sadar akan tanggung jawabnya di hadapan Allah. Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia harus senantiasa bertobat dan kembali kepada-Nya.
4. Ahli Qur’an Berhati-hati dalam Memasukkan Makanan ke Perutnya
Ahli Qur’an sangat berhati-hati dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Mereka memahami bahwa makanan yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi pola pikir dan kebersihan hati. Abdullah ibnu Mas’ud pernah menasihati, “Janganlah engkau mengisi perutmu dengan sesuatu yang haram, karena itu akan menghalangi pemahamanmu terhadap Al-Qur’an.”
Mereka tidak mudah tergoda oleh lingkungan sekitar yang menawarkan makanan tanpa memerhatikan kehalalannya. Bagi Ahli Qur’an, menjaga makanan bukan hanya soal kesehatan fisik, tetapi juga bagian dari menjaga kebersihan hati dan keimanan.
5. Ahli Qur’an Lebih Banyak Diam dan Menghindari Hal yang Tidak Bermanfaat
Sikap diam bukan berarti pasif, tetapi bentuk kebijaksanaan dalam berbicara. Ahli Qur’an lebih memilih diam daripada berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat atau bahkan bisa mendatangkan dosa. Abdullah ibnu Mas’ud berkata, “Ahli Qur’an menjaga lisannya, karena ia sadar bahwa setiap kata yang keluar akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.”
Mereka menjauhi gosip, perkataan sia-sia, dan perdebatan yang tidak membawa kebaikan. Dalam kehidupan sosial, mereka lebih banyak mendengar daripada berbicara, karena mereka memahami pentingnya menjaga lisan sebagai bagian dari keimanan.
6. Ahli Qur’an Memiliki Sifat Tawadhu’
Sikap rendah hati atau tawadhu’ adalah ciri khas Ahli Qur’an. Mereka tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain, meskipun memiliki ilmu dan kedudukan tinggi. Abdullah ibnu Mas’ud mengingatkan, “Ahli Qur’an tidak sombong, karena ia tahu bahwa yang dapat menyelamatkannya hanyalah Allah SWT, bukan harta, ilmu, jabatan, atau relasi.”
Di saat banyak orang menunjukkan kesombongan dengan harta, jabatan, atau ilmunya, Ahli Qur’an tetap bersikap rendah hati. Mereka menyadari bahwa semua yang dimiliki adalah titipan dari Allah, sehingga tidak ada alasan untuk merasa lebih unggul dari orang lain.
Menjadi Ahli Qur’an bukan sekadar membaca atau menghafalnya, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Abdullah ibnu Mas’ud telah memberikan gambaran bahwa Ahli Qur’an memiliki karakter yang khas, seperti mudah bangun malam untuk sholat, ringan dalam berpuasa, rajin introspeksi diri, berhati-hati dalam memilih makanan, menjaga lisan, dan memiliki sifat tawadhu’.
Bila benar interaksimu dengan Al-Qur’an, maka ia akan mengubah segala hal dalam hidupmu. Mulai dari cara berpikir, cara bersikap, hingga cara berinteraksi dengan orang lain. Semoga kita semua bisa menjadi bagian dari Ahli Qur’an yang sejati, yang tidak hanya membaca, tetapi juga mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.
Menjadi spirit og aramadhan…
Semangat cinta Quran